Sunday 22 March 2015

"MENGGIRING KEBENARAN YANG MUTLAK MENUJU KEBENARAN YANG RELATIF"


- sebuah catatan penikmat media yang ada di ke abu abu an -


semakin mempelajari media semakin diri ini menjauhinya,,, bukan karena media itu buruk, bukan. tapi yang ada di dalam media itu yang bermasalah

di dalam media, ada teori yang namanya "konstruksi realitas sosial", teori old school yang dipakai oleh peneliti skripsi jurnalistik

di dalam teori itu disebutkan bahwa "media dalam menangkap segala kejadian, tidak serta merta 100% fakta itu diberitakan ke khalayak"

dgn kata lain, media memilah, memotong, bahkan membangun kembali realitas atau kejadian yg awalnya kejadian murni menjd kejadian yg dibentuk atau diimprovisasi

fakta yang dikonstruksikan, yang dibangun oleh media guna menggiring opini khalayak yg diterpa oleh media tsb

dgn kata lain, jika media adalah pengupas kacang, maka media hanya memberi kulitnya ke pada kita, pemirsa. lalu kacangnya? entah ditaruh dmn

itulah yg saya lihat di media media mainstream tanah air, atau mungkin juga media media di  luar negeri.

Lalu bagaimana dengan media media anti mainstream ?
Media media antimanistream yang mayoritas adalah media media yang dikelola secara inhouse, dan non profit media, dominan melawan arus dan saling bergesekan dengan media mainstream yang besar.

Jika media mainstream memberitakan peristiwa A, maka media media antimainstream akan memberitakan peristiwa A yang diolah secara kontradiktif dengan media mainstream.

Tujuannya sama, menggiring opini masyarakat yang diterpa oleh media. Seperti teori dialektika, di mana ada tesa, antitesa, kutub hitam dan kutub putih. Yin dan yang.

Tapi jika ada tesa dan antitesa, lalu mana sintesa nya, mana penyelesaiannya, penyeimbang antara kutub hitam dan kutub putih?

Kita saja para khalayak media tidak tau mana yang hitam mana yang putih, kita dibiarkan terombang ambing di tengah tengah ke abu abu an, ketidak pastian antara hitam dan putih

Antara kesalahan dan kebenaran, dan lama kelamaan, definisi kebenaran yang hakikatnya adalah mutlak, malah menjadi relative, kebenaran menjadi berbeda layaknya hujan local, di sini benar, di sana belum tentu benar.



2 comments: