Menulis sambil mendengarkan dialog sinetron yang ada di tv
swasta negeri bebek ini sangat sulit lho.
Isi dialog nya perdebatan ngalor ngidul ga jelas.
Kegalauan yang tak ada
habisnya, perselingkuhan, perkelahian, dan juga monlog yang kesannya kayak
orang sinting.
Ironisnya, tayangan tayangan di negeri bebek ini yang
mengkonsumsi didominasi oleh para ibu ibu.
Ya ibu ibu, yang menjadi guru pertama untuk para anak anak
yang sedang tumbuh dan berkembang harus mau dan tanpa sadar mau dengan alas an “tidak
ada hiburan lagi” akhirnya menonton tayangan sinetron yang tidak jelas plotnya
ini.
Bagaimana ibu ibu kerjaan nya tidak bergosip? Toh tontonan
setiap malemnya adalah adegan adegan iri hati dan kedengkian.
Bagaimana ibu ibu pemikirannya tidak teracuni oleh paranoid
perselingkuhan jika mereka selalu menonton adegan adegan yang pemeran utamanya
berselingkuh dan bertengkar di rumah tangganya.
Yang seharusnya ibu ibu di negeri bebek ini memikirkan
cerita cerita sebelum tidur untuk anak yang penuh dengan kepahlawanan rosul dan
para sahabat, kini malah setiap malam memikirkan “kira kira episode apalagi ya
yang ada di sinetron favorit kita?”
Yang seharusnya para ibu memikirkan harus masak apa untuk
sang suami yang baru pulang kerja dan beribadah supaya bisa membahagikan
suaminya, kini malah berpikir “istri sudah tidak harus patuh kepada suami, toh
seperti di sinetron, suami doyannya selingkuh”
Benar, sekali lagi, perang lewat pemikiran ini sangatlah
berbahaya, tak menyentuh tapi pengaruhnya luar biasa.
No comments:
Post a Comment