Hanya kebobolan 3 goal dari 3 pertandingan melawan dua tim
dengan kekuatan serang tersubur di La liga, Real Madrid dan Barcelona, itupun
berawal dari pinalti yang dilakukan oleh Messi yang bisa diantisipasi oleh
Oblak namun disambar kembali oleh Messi.
Karang, itu yang bisa digambarkan jika melihat system pertahanan
Atletico Madrid di 3 pertandingan terakhir di piala raja. kenapa bisa seperti
itu, inilah analisisnya :
1. Pertahanan yang dimulai dari lini serang
Simeone memang jeli dan beralasan
jika memilih pemain depan ataupun pemain tengah, naluri nya sebagai mantan
pemain tengah yang enerjik dan ngotot berhasil dia tularkan ke pada pemain
pemainnya, Griezman, Arda turan, dan Koke, trio inilah yang memulai system pertahanan
pressing interception ala simeone, organisasi pertahanan atletico yang seperti
itu memicu terjadinya kepanikan terhadap pemain belakang lawan yang akan
melakukan serangan, bukti nyata terjadi
saat laga kontra Real Madrid di Santiago bernabeu, pepe dan Ramos dibuat
bergiliran salah passing akibat pressing dan interception yang dimulai dari
lini depan serang atletico, hasilnya, dua gol bersarang di gawang Madrid saat
itu.
Koke, pemain tengah ini memang
wujud pemain yang seimbang, bisa menyerang, meng keep bola dan juga handal dalam bertahan, tercatat saat
kontra Barcelona tadi malam 6 tackle dia luncurkan ke lawan lawannya, disusul
oleh griezman dan arda turan yang melakukan 1 tackle masing masing. Total malam
tadi, atletico berhasil melakukan total tackle 37 kali, sedangkan barca hanya
25 kali.
2. Formasi ultra Rock defensive – counterattack ala
Simeone
Terlihat jelas tadi malam,
Atletico duduk di belakang dengan formasi yg mirip 9-0-1, ball possession menunjukan
itu dengan jelas kalau atletico cukup memiliki possession 35% tapi bisa
melancarkan tendangan 8 kali. Bukan parker bus, tapi menaruh karang yang keras
dan bersiap untuk melakukan one touch counterattack, melakukan system pertahanan
yang menumpuk, namun tidak panic, dan bersiap dengan serangan balik dan juga
pressing pressing yang mengundang kesalahan lawan nya.
3. Mario “the destroyer” Suarez
Bertubuh gempal, tinggi 188cm
membuat sosok Mario Suarez kokoh dan suilit untuk diajak berduel, dialah
pemutus serangan lawan dan juga penghubung antara pemain belakang dan pemain
depan. Agresif, tak ragu melakukan permainan keras meski harus melakukan
pelanggaran, tak pelak tacklingnya juga jitu dan efektif, tercatat 6 tackling
dan 1 foul dia lakukan di pertandingan tadi malam.
4. “the dynamic duo centre back”
Godin dan Miranda, pemain low
rated non supertstar namun permainannya menunjukan kalau mereka menjadi duet
karang di jantung pertahanan atletico. Terlepas dari kesalahan godin yang
melakukan pelanggaran terhadap busquets di kotak pinalti, sepanjang
pertandingan godin menjadi pemimpin di pertahanan atletico, dia tak ragu
berteriak dan memaki pemainnya yang tak berkonsentrasi saat bertahan. tackling
jitu, blocing rapat, dan juga potitioning yang tepat menjadi gaya bertahan duo
bek ini. Godin dan Miranda juga menjadi ancaman utama pertahanan lawan lawannya
yang kerap mencetak gol lewat corner kick atletico yang berbahaya, seperti
momen goal godin di final champion tahun lalu, dan juga goal penyeimbangnya
saat kontra barca di laga penentu la liga musim lalu.
sumber data : whoscored.com
sumber data : whoscored.com
No comments:
Post a Comment